Welcome Aboard

administrator :

by : kacamatasaya@gmail.com

Minggu, 24 Mei 2009

the History of camera!

Kamera merupakan alat yang berfungsi untuk menangkap dan mengabadikan gambar/image. Kamera pertama kali
disebut sebagai camera obscura, yang berasal dari bahasa latin yang berarti “ruang gelap”. Camera
obscura merupakan sebuah instrumen yang terdiri dari ruang gelap atau box, yang memantulkan cahaya melalui
penggunaan 2 buah lensa konveks, kemudian meletakkan gambar objek eksternal tersebut pada sebuah kertas/film
yang diletakkan pada pusat fokus dari lensa tersebut. Camera obscura pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan
muslim yang bernama Alhazen seperti yang dijelaskan pada bukunya yang berjudul Books of Optics (1015-1021). Pada
tahun 1660an ilmuwan Inggris Robert Boyle dan asistennya Robert Hooke menemukan portable camera obscura.
Kamera pertama yang cukup praktis dan cukup kecil untuk dapat digunakan dalam bidang fotografi ditemukan pertama
kali oleh Johann Zahn pada tahun 1685, nyaris lebih dari 150 tahun dari anggapan bahwa semua ini mungkin terjadi.
Kamera fotografi pada awalnya banyak yang menerapkan prinsip model Zahn, dimana selalu menggunakan slide
tambahan yang digunakan untuk memfokuskan objek. Caranya adalah dengan memberikan tambahan sebuah plat
sensitif di depan lensa kamera tersebut setiap sebelum melakukan pengambilan gambar. Jacques Daguerre
merupakan salah satu dari orang yang berperan dalam dunia perkembangan teknologi kamera sekaligus memberikan
jasa pada perkembangan dunia fotogarfi kita. Daguerre dilahirkan tahun 1787 di kota Cormeilles di Perancis Utara.
Waktu mudanya ia adalah seorang seniman. Pada umur pertengahan tiga puluhan ia merancang "diograma", barisan
lukisan pemandangan yang mempesona bagusnya, dipertunjukkan dengan bantuan efek cahaya. Sementara ia
menggarap pekerjaan itu, ia menjadi tertarik dengan pengembangan suatu mekanisme untuk secara otomatis
melukiskan kembali pemandangan yang ada di dunia tanpa menggunakan kuas atau cat, yaitu: kamera! Di tahun
1827 ia bertemu dengan Joseph Nicephore Niepce yang juga sedang mencoba (yang sejauh itu lebih sukses)
menciptakan kamera. Dua tahun kemudian mereka bekerjasama. Di tahun 1833 Niepce meninggal, tetapi Daguerre
tetap melanjutkan percobaannya. Menjelang tahun 1837 ia berhasil mengembangkan sebuah sistem praktis fotografi
yang disebutnya "daguerreotype." Tahun 1839 Daguerre memberitahu publik secara terbuka tanpa mempatenkannya.
Sebagai imbalan, pemerintah Perancis menghadiahkan pensiun seumur hidup kepada Daguerre maupun anak Niepce.
Pengumuman penemuan Daguerre menimbulkan kegemparan penduduk pada saat itu dan ia menjadi seorang
pahlawan yang ditaburi berbagai macam penghormatan serta penghargaan, sementara metode "daguerreotype" dengan
cepat berkembang dan banyak digunakan oleh khalayak. Daguerre sendiri segera pensiun. Dia meninggal tahun 1851 di
kota asalnya dekat Paris. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan teknologi kamera semakin hari
berkembang semakin pesat. Fungsi dan kebutuhan penggunaanya pun semakin luas dirasakan oleh berbagai pihak.
Kamera tidak hanya digunakan sekedar untuk menangkap objek yang berfungsi sebagai kenang-kenangan semata,
tetapi juga digunakan untuk menangkap objek yang sedang bergerak. Sebut saja perkembangannya kemudian seperti
kamera video, kamera mikro, kamera sensor dan lain sebagainya. Perkembangannya pun telah meliputi berbagai
bidang, seperti pada bidang sinematografi, pendidikan, kedokteran, dan bahkan sampai pada bidang sistem pertahanan
dan keamanan pun tidak terlepas dari penggunaan teknologi kamera ini.
Referensi: http://media.isnet.org/iptek/100
dan www.wikipedia.com

Communication is?

Oleh: Hendra

Dunia semakin cepat berubah, dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan teknologi sudah demikian pesatnya memberikan dampaknya yang menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Salah satu hal yang berkembang sangat pesat dan menjadi pemicu dari perkembangan yang ada adalah komunikasi.

Nah, dalam perkembangan terakhir dimana dunia informasi menjadi sangat penting dalam aspek kehidupan, maka komunikasipun akhirnya tidak dapat ditawar lagi dan menjadi bagian yang sangat penting dalam melengkapi kehidupan manusia.

Metode, fasilitas dan perangkatnya pun sudah berkembang maju sedemikian modernnya sehingga sekarang dunia seakan tidak ada batas lagi, manusia dapat berhubungan satu-sama lain dengan begitu mudah dan cepatnya.

Komunikasi adalah sebuah proses interaksi untuk berhubungan dari satu pihak ke pihak lainnya, yang pada awalnya berlangsung sangat sederhana dimulai dengan sejumlah ide-ide yang abstrak atau pikiran dalam otak seseorang untuk mencari data atau menyampaikan informasi yang kemudian dikemas menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara langsung maupun tidak langsung menggunakan bahasa berbentuk kode visual, kode suara, atau kode tulisan.

Tao () yang juga mengalami perkembanganNya pun tidak luput dari pengaruh kemajuan perkembangan informasi dan komunikasi yang ada. Harus diakui bahwa kemudahan dan kecepatan komunikasi yang ada sekarang ini memang sangat membantu dan mempermudah serta mendukung perkembangan dan kemajuan Tao yang ada sekarang ini.

Tetapi harus kita ingat juga bahwa Tao itu adalah hal yang sangat "luar biasa" dan mempunyai sifat keunikanNya yang Agung sehingga mungkin sudah bukan rahasia pula diantara kita semua bahwa Tao itu dianggap bukan sesuatu yang dapat dengan mudah "dimengerti" semua orang, apalagi untuk ditransfer dengan gampang dan cepatnya walaupun menggunakan alat semodern apapun.

Tao jika dipandang secara komplek maka akan lebih kompleks dari kemampuan kita melihatnya, akan tetapi Tao jika dipandang secara sederhana maka akan sangat sederhana melebihi kesederhanaan yang mampu kita bayangkan.

Oleh karena itu saya sangat tidak setuju dengan adanya pendapat bahwa Tao itu tidak dapat dikomunikasikan. Hanya saja memang untuk mengkomunikasikanNya itu bukanlah hal yang mudah juga.

Dalam mengkomunikasikan Tao (), mau tidak mau kita harus memiliki juga dasar-dasar kemampuan berkomunikasi yang memadai agar dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien.


Berkomunikasi Secara Efektif dan Efisien

Begitu kompleksnya hal dan permasalahan yang lalu-lalang dalam lalulintas informasi yang ada sekarang ini, akhirnya menuntut adanya suatu cara-cara atau sistim berkomunikasi yang efektif dan efisien , demikian pula didalam Tao. Apalagi semua referensi dan sumber-sumber informasi Tao itu berasal dari bahasa Mandarin , sehingga memerlukan proses penterjemahan sehingga terkadang arti dan makna pengertian-pengertian yang ada tidak dapat ditransfer secara keseluruhan secara menyeluruh. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan berkomunikasi yang efektif dan efisien , yang membutuhkan kemampuan-kemampuan tambahan seperti : adanya kemampuan bahasa mandarin dan bahasa Indonesia yang memadai dan berimbang , pengertian Taonya, pengetahuan Taonya, perbendaharaan kata-katanya, dll.

Dengan adanya kemampuan tambahan tersebut dan disertai pengalaman serta teknik berkomunikasi yang baik, lancar dan sopan, maka diharapkan seorang Taoyu ( ) dapat mengkomunikasikan Tao pada yang lain secara efektif dan efisien yaitu dapat diserap oleh penerimanya dengan tepat dan benar serta padat dan singkat.


Hambatan-Hambatan Komunikasi

Dalam praktek berkomunikasi biasanya seseorang akan menemui berbagai macam hambatan yang jika tidak dapat ditanggapi dan disikapi secara tepat akan membuat proses komunikasi yang terjadi menjadi sia-sia karena pesan tidak tersampaikan atau yang sering terjadi adalah terjadinya penyimpangan. Adapun hal-hal yang sering terjadi adalah karena ketidakmampuan seorang penyampai pesan dalam:
  • Berkomunikasi sesuai tingkatan bahasa para pendengarnya.
    Seorang pedagang makanan yang hanya lulusan SMP tentunya akan kesulitan mengerti pembicaraan seorang sarjana teknik yang berbicara menggunakan istilah-istilah tekniknya.
  • Mengerti keinginan arah pembicaraan dari para pendengarnya.
    Sekelompok remaja SMA tentunya wajar jika tidak tertarik pada pembicaraan mengenai permasalahan bagaimana merawat dan mendidik balita yang disampaikan seorang ibu rumah tangga.
  • Mengerti kelas sosial para pendengarnya.
    Sekelompok petani didesa tentunya tidak mengerti dan tidak tertarik pada pembicaraan seorang pialang mengenai perdagangan saham.
  • Memahami latar belakang serta nilai-nilai yang dipegang teguh para pendengarnya.
    Seorang ahli presentasipun akan sangat kesulitan menembus dan merubah "kekebalan" (kekeras-kepalaan) pendapat seorang individu apalagi kelompok masyarakat yang mengkonsumsi makanan pokok nasi menjadi gandum, kentang atau lainnya walaupun didukung "bukti-bukti dan alasan yang kuat dan benar".
"Adalah pendengar yang menentukan bagaimana sebaiknya sebuah pesan dimengerti".

Bagaimana dan seperti apa sudut maupun cara pandang seseorang terhadap apa yang didengar, dilihat atau dimengerti sangatlah di bentuk oleh latar belakang dan pengalaman pribadi perorangan.

Oleh karena itu dalam berkomunikasi apalagi mengenai masalah Tao, adalah sangat bijak jika seorang Taoyu-pun dapat mengkomunikasikan Tao-nya dengan baik (benar dan tepat) dengan fleksibilas yang tinggi (kemampuan yang sangat luwes) sesuai takaran-takarannya secara proporsional (sesuai pada orang lain dan sesuai diri sendiri).

Demikian pembahasan masalah berkomunikasi ini secara singkat. Semoga apa yang disampaikan dapat bermanfaat bagi semuanya. Tentunya masih banyak lagi, hal mengenai permasalahan komunikasi yang dapat dibahas pada kesempatan yang lain.



Membangun Komunikasi Efektif

Sebagai makluk sosial komunikasi merupakan hal yang paling dekat dengan kita. Apa sih sebenarnya komunikasi itu? Komunikasi dapat kita artikan sebagai berbagi pikiran, informasi dan intelijen. Segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan menyampaikan pesannya pada orang lain merupakan tujuan komunikasi. Lalu jika pesan yang kita maksudkan tersebut tidak sesuai dengan penangkapan lawan bicara kita, terjadilah mis-komunikasi, Nah, sebuah komunikasi yang efektif membutuhkan kejernihan pesan, kelengkapan pesan, ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh, dan penampilan fisik secara eksternal.

Di era modern ini mungkin nampak 'tolol' melihat seseorang berusaha menciptakan kesadaran komunikasi. Banyak di antara kita memberi sedikit perhatian pada hal ini tetapi kenyataanya komunikasi ini terus berlangsung, tak peduli siapa anda, jika anda tidak bisa berkomunikasi dengan semestinya maka tak seorangpun akan mendengarkan Anda. Jadi komunikasi merupakan sebuah asset penting sebagai tambahan untuk kepribadian Anda. Bagiamana membangun sebuah komunikasi efektif tersebut, berikut beberapa hal yang sebaiknya jadi pertimbangan untuk dikembangkan:

Kontak Mata

Hal pertama yang dilakukan seorang pembicara yang baik adalah menatap lawan bicara dan mengambil jeda untuk memulai sebuah pembicaraan. Ini merupakan salah satu cara yang membantu untuk menciptakan kesan baik pada lawan bicara. Usahakan mempertahankan kontak mata sepanjang pembicaraan, agar lawan bicara Anda tak merasa diabaikan.

Ekspresi Wajah

Wajah merupakan cermin kepribadian individual. Ekspresi wajah mengungkapkan pikiran yang sedang melintas pada diri seseorang. Sebagi contoh: sebuah senyum mengungkap keramah-tamahan dan kasih-sayang;Mengangkat alis mata menunjukan ekpresi heran; Mengernyitkan dahi menyampaikan ketakutan dan kegelisahan. Semua emosi dan berbagai macam tingkah manusia diekspresikan dalam emosi yang berbeda yang tergambar di wajah. Jadi saat melakukan komunikasi tunjukan ekspresi bahwa Anda tertarik dengan bahan pembicaraan.

Postur Tubuh

Setiap gerak-gerik tubuh saat berbicara mesti dikoordinasikan dengan kekuatan meyakinkan dari Anda. Mereka bisa jadi semacam tambahan untuk cara efektif yang dapat ditangkap secara visual daripada secara verbal. Sebagai contoh: menundukan kepala menunjukkan penyelesaian pernyataan; mengangkat kepala menunjukkan akhir pertanyaan;Terlalu sering menggerakan bagian tubuh mengungkapkan sedang bergegas atau kebingungan. Untuk itu perhatikan gerak-gerik Anda saat melakukan komunikasi dengan lawan bicara.


Selera Berbusana

Busana memiliki tugas penting dalam menimbulkan kesan. Orang yang berbusana sesuai dengan struktur tubuh mereka nampak lebih menarik. Penampilan fisik seseorang dan busana yang dikenakan membuat dampak pasti pada proses komunikasi. Kita semua berbusana dan mungkin banyak diantara kita tak terlalu memperhatikan, namun hal kecil ini memiliki peran untuk sebuah efektif. Jika kita memperhatikan bagaimana cara berbusana, hal itu akan memperbaiki kemampun komunikasi kita.

Komunikasi Jurnalistik

Oleh : Wendra Ajistyatama

Pendahuluan

Fotografi jurnalistik muncul dan berkembang di dunia sudah lama sekali, tetapi lain halnya dengan di Indonesia, foto pertama yang di buat oleh seorang warga negara Indonesia terjadi pada detik-detik ketika bangsa ini berhasil melepaskan diri dari belenggu rantai penjajahan. Alex Mendur (1907-1984) yang bekerja sebagai kepala foto kantor berita Jepang Domei, dan adiknya sendiri Frans Soemarto Mendur (1913-1971), mengabadikan peristiwa pembacaan teks Proklamasi kemerdekaan republik Indonesia dengan kamera Leica, dan pada saat itulah pada pukul 10 pagi tanggal 17 Agustus 1945 foto jurnalis Indonesia lahir.

Fotografi Jurnalistik
Definisi fotografi dapat diketahui dengan menyimpulkan ciri-ciri yang melekat pada foto yang dihasilkan.

Ciri-ciri foto jurnalis:
1.Memiliki nilai berita atau menjadi berita itu sendiri.
2.Melengkapi suatu berita/artikel.
3.Dimuat dalam suatu media.

Sebuah foto dapat berdiri sendiri, tapi jurnalistik tanpa foto rasanya kurang lengkap, mengapa foto begitu penting ?, karena foto merupakan salah satu media visual untuk merekam/mengabadikan atau menceritakan suatu peristiwa.
�Semua foto pada dasarnya adalah dokumentasi dan foto jurnalistik adalah bagian dari foto dokumentasi� (Kartono Ryadi, Editor foto harian Kompas). Perbedaan foto jurnalis adalah terletak pada pilihan, membuat foto jurnalis berarti memilih foto mana yang cocok. ( ex: di dalam peristiwa pernikahan, dokumentasi berarti mengambil/memfoto seluruh peristiwa dari mulai penerimaan tamu sampai selesai, tapi seorang wartawan foto hanya mengambil yang menarik, apakah public figure atau saat pemotongan tumpeng saat tumpengnya jatuh, khan menarik) hal lain yang membedakan antara foto dokumentasi dengan foto jurnalis hanya terbatas pada apakah foto itu dipublikasikan (media massa) atau tidak.

Nilai suatu foto ditentukan oleh beberapa unsur:

1. Aktualitas.
2. Berhubungan dengan berita.
3. Kejadian luar biasa.
4. Promosi.
5. Kepentingan.
6. Human Interest.
7. Universal.

Foto jurnalistik terbagi menjadi beberapa bagian:

1. Spot news : Foto-foto insidential/ tanpa perencanaan. (ex: foto bencana, kerusuhan, dll).
2.General news : Foto yang terencana (ex : foto SU MPR, foto olahraga).
3.Foto Feature : Foto untuk mendukung suatu artikel.
4.Esai Foto : Kumpulan beberapa foto yang dapat bercerita.

Foto yang sukses

Batasan sukses atau tidaknya sebuah foto jurnalistik tergantung pada persiapan yang matang dan kerja keras bukan pada keberuntungan. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada foto yang merupakan hasil dari �being in the right place at the right time� . Tetapi seorang jurnalis profesional adalah seorang jurnalis yang melakukan riset terhadap subjek,mampu menetukan peristiwa potensial dan foto seperti apa yang akan mendukungnya (antisipasi). Itu semua sangat penting mengingat suatu moment yang baik hanya berlangsung sekian detik dan mustahil untuk diulang kembali.

Etika, empati, nurani merupakan hal yang amat penting dan sebuah nilai lebih yang ada dalam diri jurnalis foto.

Seorang jurnalis foto harus bisa menggambarkan kejadian sesungguhnya lewat karya fotonya, intinya foto yang dihasilkan harus bisa bercerita sehingga tanpa harus menjelaskan orang sudah mengerti isi dari foto tersebut dan tanpa memanipulasi foto tersebut.

Selasa, 12 Mei 2009

doKumenter

APA ITU FILM DOKUMENTER???


Dicuplik sebagian dari buku “Video Komunitas”

Dokumenter sering dianggap sebagai rekaman dari ‘aktualitas’—potongan rekaman sewaktu kejadian sebenarnya berlangsung, saat orang yang terlibat di dalamnya berbicara, kehidupan nyata seperti apa adanya, spontan, dan tanpa media perantara. Walaupun kadang menjadi bahan ramuan utama dalam pembuatan dokumenter, unsur-unsur itu jarang menjadi bagian dari keseluruhan film dokumenter itu sendiri, karena semua bahan tersebut harus diatur, diolah kembali, dan ditata struktur penyajiannya. Terkadang, bahkan dalam pengambilan gambar sebelumnya, berbagai pilihan harus diambil oleh para pembuat film dokumenter untuk menentukan sudut pandang, ukuran shot (type of shot), pencahayaan, dan lain-lain, agar dapat mencapai hasil akhir yang mereka inginkan.

John Grierson pertama-tama menemukan istilah ‘dokumenter’ dalam suatu pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925). Dia mengacu pada kemampuan suatu media untuk menghasilkan dokumen visual tentang suatu kejadian tertentu. Dia sangat percaya bahwa “...sinema bukanlah seni atau hiburan, melainkan suatu bentuk publikasi dan dapat dipublikasikan dengan 100 cara berbeda untuk 100 penonton yang berbeda pula.” Oleh karena itu, dokumenter pun termasuk di dalamnya sebagai suatu metode publikasi sinematik yang, dalam istilah Grierson sendiri, disebut ‘perlakuan kreatif atas keaktualitasan’ (creative treatment of actuality). Karena ada perlakuan kreatif, sama seperti dalam film fiksi lainnya, dokumenter dibangun dan bisa dilihat bukan sebagai suatu rekaman realitas, tetapi sebagai jenis ‘representasi lain’ dari realitas itu sendiri.

Kebanyakan penonton film/ video dokumenter di layar kaca sudah begitu terbiasa dengan berbagai cara, gaya, dan bentuk-bentuk penyajian yang selama ini palaing banyak dan umum digunakan dalam berbagai acara siaran televisi. Sehingga, mereka tak lagi mempertanyakan lebih jauh tentang isi dari dokumenter tersebut. Misalnya, penonton sering menyaksikan dokumenter yang dipandu oleh suara (voice over) seorang penutur cerita (narator), wawancara dari para pakar, saksi-mata atas suatu kejadian, rekaman pendapat anggota masyarakat, Demikian pula dengan suasana tempat kejadian yang terlihat nyata, potongan-potongan gambar kejadiannya langsung, dan bahan-bahan yang berasal dari arsip yang ditemukan. Semua unsur khas tersebut memiliki sejarah dan tempat tertentu dalam perkembangan dan perluasan dokumenter sebagai suatu bentuk sinematik.

Ini penting ditekankan, karena --dalam berbagai hal-- bentuk dokumenter sering diabaikan dan kurang dianggap di kalangan film seni, seakan-akan dokumenter cenderung menjadi bersifat ‘pemberitaan’ (jurnalistik) dalam dunia pertelevisian. Bukti-bukti menunjukkan bahwa, bagaimanapun, dengan pesatnya perkembangan film/ video dokumenter dalam bentuk pemberitaan, ada kecenderungan kuat di kalangan para pembuat film dokumenter akhir-akhir ini untuk mengarah kembali ke arah pendekatan yang lebih sinematik. Dan, kini, perdebatannya berpindah pada segi estetik. Pengertian tentang ‘kebenaran’ dan ‘keaslian’ suatu film dokumenter mulai dipertanyakan, diputarbalikkan, dan diubah, mengacu pada pendekatan segi estetik film dokumenter dan film-film non-fiksi lainnya.

Satu titik awal yang berguna adalah daftar kategori Richard Barsam tentang apa yang dia sebut sebagai ‘film non-fiksi’. Daftar ini secara efektif menunjukkan jenis-jenis film yang dipandang sebagai dokumenter, dan dengan jelas memiliki ide dan kode etik tentang dokumenter yang sama. Kategori-kategori tersebut adalah:

  • film faktual
  • film etnografik
  • film eksplorasi
  • film propaganda
  • cinéma-vérité
  • direct cinema
  • dokumenter

Pada dasarnya, Barsam menempatkan dokumenter sebagai suatu kategori tersendiri, karena ia mengatakan bahwa peran si pembuat film dalam menentukan interpretasi materi dalam jenis-jenis film tersebut jauh lebih khas.
Perkembangan dokumenter dan genre-nya saat ini sudah sangat pesat dan beragam, tetapi ada beberapa unsur yang tetap dan penggunaannya; yakni unsur-unsur visual dan verbal yang biasa digunakan dalam dokumenter.

Unsur Visual:

  • Observasionalisme reaktif; pembuatan film dokumenter dengan bahan yang sebisa mungkin diambil langsung dari subyek yang difilmkan. Hal ini berhubungan dengan ketepatan pengamatan oleh pengarah kamera atau sutradara.
  • Observasionalisme proaktif; pembuatan film dokumenter dengan memilih materi film secara khusus sehubungan dengan pengamatan sebelumnya oleh pengarah kamera atau sutradara.
  • Mode ilustratif; pendekatan terhadap dokumenter yang berusaha menggambarkan secara langsung tentang apa yang dikatakan oleh narator (yang direkam suaranya sebagai voice over).
  • Mode asosiatif; pendekatan dalam film dokumenter yang berusaha menggunakan potongan-potongan gambar dengan berbagai cara. Dengan demikian, diharapkan arti metafora dan simbolis yang ada pada informasi harafiah dalam film itu, dapat terwakili.

Unsur Verbal:

  • Overheard exchange; rekaman pembicaraan antara dua sumber atau lebih yang terkesan direkam secara tidak sengaja dan secara langsung.
  • Kesaksian; rekaman pengamatan, pendapat atau informasi, yang diungkapkan secara jujur oleh saksi mata, pakar, dan sumber lain yang berhubungan dengan subyek dokumenter. Hal ini merupakan tujuan utama dari wawancara.
  • Eksposisi; penggunaan voice over atau orang yang langsung berhadapan dengan kamera, secara khusus mengarahkan penonton yang menerima informasi dan argumen-argumennya.

new GadGet

Nikon D80
Rilis: 1 Agustus 2006


Penampilan yang mengagumkan, mudah pengoperasiannya pengontrolan efek fotografi dalam kamera yang mantap membuat fotografi dengan SLR digital lebih menguntungkan untuk semua.

D80 dengan 10,2 efektif megapixel sensor gambar CCD format DX, membawa level baru resolusi tinggi dan detil yang tajam dikelasnya juga memberikan banyak kebebasan untuk kreatifitas mengkrop dan mencetak besar yang mengesankan, Sensor Nikon format DX dan desain dudukan bayonet lensa dari Nikon F memastikan kompatibalitas yang menyeluruh dengan bermacam-macam lensa AF Nikkor dan lensa DX Nikkor yang dirancang eksklusif untuk kamera SLR Nikon.

Type of CameraSingle-lens reflex digital camera
Effective Pixels10.2 million
Image SensorRGB CCD, 23.6 x 15.8mm; total pixels: 10.75 million, Nikon DX format
Image Size (Pixels)3,872 x 2,592 [L], 2,896 x 1,944 [M], 1,936 x 1,296 [S]
Sensitivity100 to 1600 (ISO equivalent) in steps of 1/3 EV, plus HI-0.3, HI-0.7 and HI-1
File FormatCompressed NEF (RAW): 12-bit compression, JPEG: JPEG baseline-compliant
File SystemExif 2.21, Compliant DCF 2.0 and DPOF
Storage MediaSD memory card, SDHC compatible
Shooting Modes1) Single frame shooting mode 2) Continuous shooting mode: approx. 3 frames per second 3) Self-timer 4) Delayed remote mode 5) Quick-response remote mode
White BalanceAuto (TTL white balance with 420-pixel RGB sensor), six manual modes with fine-tuning, color temperature setting (Kelvin), preset white balance; white balance bracketing also available
LCD Monitor Size2.5-in.
LCD Monitor230,000-dot, low-temperature polysilicon TFT LCD with brightness adjustment, allows up to 170-degree viewing angle
Playback Function1) Full frame 2) Thumbnail (4 or 9 segments) 3) Zoom 4) Slideshow (Standard or Pictmotion) 5) RGB histogram indication 6) Shooting data 7) Highlight point display 8) Auto image rotation
Delete FunctionCard format, All photographs delete, Selected photographs delete
I/O TerminalNTSC or PAL (selectable in menu)
InterfaceUSB 2.0 (Hi-speed) (mini-B connector); SD card slot: supports firmware updates via SD cards
Picture Angle (in 35mm [135] format equivalent)Equivalent in 35mm [135] format is approx. 1.5 times lens focal length
ViewFinder TypeFixed eye-level pentaprism; built-in diopter adjustment (-2.0 to +1.0m-1)
Eyepoint19.5mm (-1.0m-1)
Focusing ScreenType-B BriteView Clear Matte screen Mark II with superimposed focus brackets and On-Demand grid lines
Viewfinder Frame Coverage/Magnification (with 50mm lens at infinity; -1.0 m-1)Approx. 95% (vertical & horizontal) / Approx. 0.94x with 50mm lens at infinity; -1.0m-1
Reflex MirrorAutomatic, instant-return type
Lens ApertureInstant-return type, with Depth-of-field Preview Button
AutofocusTTL phase detection by Nikon Multi-CAM 1000 autofocus module with AF-assist illuminator (approx. 0.5m to 3.0m) Detection range: EV -1 to +19 (ISO 100 equivalent, at normal temperature: 20°C/68°F)
Focus Modes1) Single Area AF: Focuses only on subjects in the selected area. Selection can be made from any one of the eleven AF spot sensors. 2) Dynamic Area AF: Focuses on subject in the selected area, but follows the subject if it moves from its original position, shifting instantly and automatically to the focus area into which the subject has moved. 3) Auto-area AF: measures all 11 focus areas, automatically determines which of them are on the primary subject, and activates only those areas.
Focus LockFocus can be locked by pressing shutter-release button halfway (single-servo AF) or by pressing AE-L/AF-L button
Exposure Metering SystemThree-mode through-the-lens (TTL) exposure metering: 1) 3D Color Matrix Metering II (type G and D lenses); color matrix metering II (other CPU lenses); metering performed by 420-segment RGB sensor. 2) Center-weighted: Weight of 75% given to 6, 8, or 10mm dia. circle in center of frame. 3) Spot: Meters 3.5mm dia. circle (about 2.5% of frame) centered on active focus area (on center focus area when non-CPU lens is used, or if Auto-area AF is selected)
Exposure Metering Range (at normal temperature [68°F/20°C], ISO 100 equivalent, f/1.4 lens)1) EV 0 to 20 (3D Color Matrix or center-weighted metering). 2) EV 2 to 20 (spot metering)
Exposure Metering CouplingCPU coupling
Exposure ControlDigital Vari-Program (Auto, Portrait, Landscape, Macro Close up, Sports, Night Landscape, Night Portrait), Programmed Auto [P] with flexible program; Shutter-Priority Auto [S]; Aperture Priority Auto [A]; Manual [M]
Auto Exposure LockLuminosity locked at detected value with AE-L/AF-L button
Auto Exposure Bracketing2 to 3 exposures in increments between 1/3 to 2.0 EV; Compensation steps: ±5 EV in increments of 1/3 or 1/2 EV
Maximum Shutter1/4000
Minimum Shutter30
ShutterElectronically-controlled vertical-travel focal plane shutter, 30 to 1/4000 sec. in steps of 1/3 or 1/2 EV, bulb
Sync ContactX-contact only; flash synchronization at up to 1/200 sec.
Flash Control1) TTL: TTL flash control by 420-pixel RGB sensor, Built-in Flash, SB-800, SB-600: i-TTL balanced fill-flash (except when using spot metering exposure mode), Built-in Flash, SB-800, SB-600: standard i-TTL flash (when using spot metering), 2) Auto aperture: Available with SB-800 with CPU lens, 3) Non-TTL Auto: Available with Speedlights such as SB-800, 80DX, 28DX, 28, 27, and 22s, 4) Range-priority manual; available with SB-800
Flash Sync Modes1) Auto 2) Fill-in flash 3) Red-eye Reduction, 4) Red-eye Reduction with Slow Sync, 5) Slow Sync, 6) Rear-curtain Sync 7) Off
Accessory ShoeStandard ISO hot-shoe contact with safety lock provided
Self-TimerElectronically controlled timer with 2 to 20 seconds duration (2, 5, 10, and 20 second selectable)
Depth of Field Preview ButtonWhen CPU lens is attached, lens aperture can be stopped down to value selected by user (A and M modes) or value selected by camera (P and S modes)
Remote ControlVia Remote Cord MC-DC1 (optional) or Wireless Remote Control ML-L3 (optional)
Power RequirementsOne Rechargeable Li-ion Battery EN-EL3e, MB-D80 battery pack (optional) with one or two rechargeable Nikon EN-EL3e Li-ion batteries or six AA alkaline (LR6), Ni-MH (HR6), lithium (FR6) batteries, or nickel-manganese (ZR6) AA batteries, AC Adapter EH-5 (optional)
Battery Life (on a fully charged battery)Up to 2,700 shots with fully charged EN-EL3e battery
Tripod Socket1/4 in. (ISO 1222)
DimensionsApprox. 132 x 103 x 77mm (5.2 x 4.1 x 3.0 in.)
Weight (without battery, memory card or body cap)Approx. 585g (1 lb. 5 oz.) without battery, memory card, body cap, or monitor cover
Supplied Accessories (may differ by country or area)Rechargeable Li-ion Battery EN-EL3e, Quick Charger MH-18a, Audio Video Cable EG-D2, USB Cable UC-E4, Strap, Body cap, Eyepiece Cap DK-5, Rubber Eyecup DK-21, LCD monitor cover BM-7, Accessory shoe cover, PictureProject CD-ROM